Jumat, 18 Mei 2012


Alqur’an dan Jiwa

            Jiwa dalam Bahasa Arab disebut "al-Nafs" dan ilmu jiwa disebut 'ilm al-nafs. kata-kata al-nafs banyak dijumpai dalam Al-Qur’an dan memiliki makna ganda seperti Manusia, Zat, Unsur, Diri, Nafsu dan Jiwa dalam arti Subtansi Manusia. kata-kata al-nafs yang bermakna jiwa didapati dalam Ayat-ayat Allah yakni dalam Surat Al-Fajr:27-28:
"hai jiwa yang tenang! kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. dan didalam Surat Al-Qiyamah:2 " dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali(dirinya sendiri).

          Ayat ini menyatakan bahwa Manusia di hari Kiamat sangat menyesali sikap perbuatan Duniawinya yang kurang memihak pada kebaikan, dimana Dia merasa sangat tidak puas dihadapan Hakim Yang Maha Bijak karena sedikit sekali melakukan persembahan amal baiknya. Allah Berfirman didalam Surat Asy Syams:7-10 
"dan jiwa serta penyempurnaannya(ciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya"
          Ahmad Mustafa al-Maraghiy, dalam tafsirnya "Al-Maraghiy" menyatakan substansi manusia adalah jiwa, manakala jasad (tubuh kasar) merupakan wadah tempat jiwa bersemi. Dengan kata lain kepribadian insan tersusun dua unsur, yaitu al-nafs(jiwa) dan jasad(tubuh kasar). semua sikap yang diperankan jasad ditentukan oleh kematangan dari latihan rohaniyah seseorang. Sebab, jiwa memiliki dua potensi yang memberi konstribusi pada kehidupan manusia yaitu potensi kejahatan dan kebaikan. Kedua sifat ini terjelma dalam tindak-tanduk keseharian manusia. kalau potensi insaniyah yang fitri mendominasi jiwa maka ia akan berperilaku baik, manakala potensi yang menyimpang dari fitrah insaniyah dan lazimnya dihasilkan oleh lingkungan tempat ia tinggal akan menjerumuskan jasad bertindak di jalur ketentuan Ilahi. dalam hal ini al-Qur'an menyatakan didalam surat Ar-Rum: 30 "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah mencptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perbuatan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
            Yang dimaksud fitrah Allah ialah Allah menciptakan manusia mempunyai naluri beragama yaitu tauhid, yang sama seperti naluri lain seperti gembira, sedih, marah, takut, saying, seksual, dihargai dan sebagainya. Allah jaga menyatakan “Tidak ada perbuatan selain fitrah-Nya” yang bermakna semua manusia diberi naluri agama sehingga tidak ada alasan baginya untuk menyatakan dirinya bernasib buruk. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan yng dalam hal ini Rasul menyatakan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?.
            Al-qur’an banyak menyebut kata-kata al-nafs (jiwa) tapi tidak member makna konkrit mengenai hakikat jiwa. Oleh karena itu ilmuan Muslim, berbeda dalam menafsirkan hakikat makna jiwa. Al-Kindi misalnya, member definisi jiwa sebagai “substansi yang sangat halus, bertabiat mulia dan substansi tersebut bahagian dari substansi Allah sendiri, manakala ruh berada didalamnya. Jiwa adalah cahaya dari Nur Allah, sama seperti cahaya yang terpancar dari matahari, dan ia berdiri sendiri. Al-Tsauriy, seorang sufi besar abad ke III H. member makna al-nafs sebagai zat yang berada dalam batin manusia, dan ia tidak terikat dengan tabiat nsaniyah yang rendah. Kedua definisi inimengisyaratkan bahwa jiwa sebagai unsure yang terpisah dengan jasad, dalam artian ia berupa zat yang dapat menyelinap dalam tubuh manusia dan dapat terpisah dengan manusia, tapi ia adalah suatu yang suci sehingga dapat berkomunikasi dengan Zat Ynag Maha Kuasa. Jiwa yang menjaga dirinya dengan sebaik-baiknya seperti para rasul dan wali-wali Allah akan dapat berkomunikasi langsung dengan Allah sebagaimana terjadi pada Nabi Musa yang melakukan perckapan dengan Allah di Thursina , Nabi Nuh mendapat Intruksi untuk membuat bahtera dan Nabi Muhammad di malam Mi’rajnya ke langit.
            Fazlurrahman, seperti yang dikutip Dawam Rahardjo, menyatakan “ adapun beberapa prediket yang beberapa kali disebut dalam Al-Qur’an seharusnya dipahami sebagai keadaan-keadaan aspek watak dan kecendrungan-kecendrungan yang ada pada pribadi manusia. Ini seharusnya dipahami sebagai aspek mental sebagai lawan  dari aspek psikal, tapi tidak sebagai substansi yang terpisah.
            Memang realita yang kita hadapi, seperti yang dinyatakan Dawam, hal yang belum banyak dibahas pada tingkat tafsir analisis filiosofis atau ilmiah pada umumnya dilingkungan kaum muslimin adalah keterkaitan antara jasad dengan jiwa belum ditemukan uraian yang mendetil sehingga mengantarkan kita kepada suatu kebenaran yang tidak tergugat lagi.
            Secara garis besar, dengan memperlihatkan pada sejumlah Ayat-ayat suci Alqur’an dalam uraian sebagian ulama serta gejala yang dapat dipelajari, jiwa dapat dibagi dalam tiga katagori tingkatan yaitu:
1.      Al-Nafs al-Ammarah; pada tingkst ini, jiwa didorong leh hal-hal yang rendah seperti loba, tamak, iri, dengki, dan semua sifat keji lainnya.
2.      Al-Nafs al-Lawwamah; pada tingkatan ini, manusia sudah menyadari kesalahan yang sudah dilakukan dan menyesali semua tindakan itu, namun ia belum dapt mengendalikan penuh terhadap jiwanya sehingga kemungkinan kasalahan akan terulang kembali pada dirinya.
3.      Al-Nafs al-Muthamainnah; adalah tingkat yang tertinggi dari jiwa manusia karena ia mampu mengendali semua sikap dan tindakannya. Orang yang demikian merasa puas dengan apa yang dimiliki, sabar dan tabah menghadapi cobaan dan tidak berkeluh kesah menghadapi malapetaka dan tantangan hidup sambil mencari jalan keluar dengan penuh ketenangan.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ilmu jiwa modern sekarang tidak menjelaskan substansi jiwa yang memang tidak diketahui hakikat substansi tersebut namun yang memungkinkan dikaji dan dipelajari adalah gejala-gejalanya yang ditunjuki oleh sikap seseorang. Barangkali mengenali gejala jiwa lebih bermakna daripada mencari hakikat jiwa. Dengan mengenali jiwa yang berontak dan jiwa yang pernah kembali kepada agama dan jiwa yang berpegang teguh pada agama, psikolog dan ruhaniawan akan mudah melakukan terapi terhadap penderota serta mudah dan tepat mengarahkannya pada sasaran yang diharapkan dalam rangka membangun jiwa yang stabil.   

Kamis, 10 Mei 2012

Subhanallah Satu Gereja Masuk islam Gara-Gara Seorang Pemuda Islam di Amerika


 Sebuah kisah nyata yang terjadi di negerinya Paman Sam. Patut kita ambil hikmahnya, diantaranya :
1. Kebenaran Islam yang nyata,
2. Sangat beratnya timbangan kalimat syahadat,
3. Pentingnya bagi pemuda Muslim untuk menuntut ilmu,
4.Dsb.
Simak saja kisahnya… Satu gereja masuk Islam benarkah? Semoga ALLAH mengijinkan kita menjadi pemuda seperti beliau, Amiiin….. Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika Rabu, 22 Februari 06 Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika.Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani.Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam. Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gerejayang terdapat di kampung tersebut.Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan, namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.” Barulah pemuda ini beranjak keluar. Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar, namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut. Sang pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.” Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silahkan! Sang pendeta pun mulai bertanya,
1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
2. dua yang tiada tiganya,
3. tiga yang tiada empatnya,
4. empat yang tiada limanya
5. lima yang tiada enamnya,
6. enam yang tiada tujuhnya,
7. tujuh yang tiada delapannya,
8. delapan yang tiada sembilannya,
9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11. sebelas yang tiada dua belasnya,
12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
13. tiga belas yang tiada empat belasnya.
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyu- kainya?
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara
dari ibatu?
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun
mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,
1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’:12) .
3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir
menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.
5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT menciptakan makhluk.
7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang
Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk:3).
8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,
“Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat,
tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *
10 .Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang
berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).
11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf.
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu
itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan
ibunya.
14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT
berfirman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. ” (At-Takwir:18).
15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf, yakni ketika
mereka berkata kepada ayahnya,”Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba
dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami,lalu dia dimakan serigala.” Setelah
kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ” tak ada cercaaan ter-hadap kalian.” Dan
ayah mereka
Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT
berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi
Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan
yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan
selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’: 69).
20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah
tentarabergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana
firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 2Cool.
22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun
mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon
adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut.Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.
Pemuda ini berkata, “APAKAH KUNCI SURGA ITU?” mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.
Mereka berkata, “Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya! “
Pendeta tersebut berkata, “Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah. “
Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.”
Sang pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: ASHADU AN LA ILAHA ILLALLAH WA ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH.”
Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. ALLAHU AKBAR! Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.** Subhanallah…!!
(Semua itu tentu dengan Ilmu……)

Rabu, 09 Mei 2012

tanda-tanda kiamat



Rasulullah S.A.W. "Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda :-
  • 1 Asap
  • 2 Dajjal
  • 3 Binatang melata di bumi
  • 4 Terbitnya matahari sebelah barat
  • 5 Turunnya Nabi Isa A.S
  • 6 Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
  • 7 Gerhana di timur
  • 8 Gerhana di barat
  • 9 Gerhana di jazirah Arab
  • 10 Keluarnya api dari kota Yaman menghalau manusia ke tempat pengiringan mereka.
            Dajjal maksudnya ialah bahaya besar yang tidak ada bahaya sepertinya sejak Nabi Adam A.S sampai hari kiamat. Dajjal boleh membuat apa sahaja perkara-perkara yang luar biasa. Dia akan mendakwa dirinya Tuhan, sebelah matanya buta dan di antara kedua matanya tertulis perkataan 'Ini adalah orang kafir'. 
            Asap akan memenuhi timur dan barat, ia akan berlaku selama 40 hari. Apabila orang yang beriman terkena asap itu, ia akan bersin seperti terkena selsema, sementara orang kafir pula keadaannya seperti orang mabuk, asap akan keluar dari hidung, telinga dan dubur mereka. 
            Binatang melata yang dikenali sebagai Dabatul Ard ini akan keluar di kota Mekah dekat gunung Shafa, ia akan berbicara dengan kata-kata yang fasih dan jelas. Dabatul Ard ini akan membawa tongkat Nabi Musa A.S dan cincin Nabi Sulaiman A.S. 
            Apabila binatang ini memukulkan tongkatnya ke dahi orang yang beriman, maka akan tertulislah di dahi orang itu 'Ini adalah orang yang beriman'. Apabila tongkat itu dipukul ke dahi orang yang kafir, maka akan tertulislah 'Ini adalah orang kafir'. 
            Turunnya Nabi Isa. A.S di negeri Syam di menara putih, beliau akan membunuh dajjal. Kemudian Nabi Isa A.S akan menjalankan syariat Nabi Muhammad S.A.W. 
            Yakjuj dan Makjuj pula akan keluar, mereka ini merupakan dua golongan. Satu golongan kecil dan satu lagi golongan besar. Yakjuj dan Makjuj itu kini berada di belakang bendungan yang dibangunkan oleh Iskandar Zulqarnain. Apabila keluarnya mereka ini, bilangannya tidak terhitung banyaknya, sehingga kalau air laut Thahatiah diminum nescaya tidak akan tinggal walau pun setitik. 
            Rasulullah S.A.W telah bersabda," Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit sahaja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi di merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang dimasjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq" 
            Berkata Ali bin Abi Talib, akan datang di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya sahaja, agama hanya bentuk sahaja, Al-Qur'an hanya dijadikan bacaan sahaja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut AsmaAllah. Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga. Dan kesemua yang tersebut adalah tanda-tanda hari kiamat." 
            Sabda Rasulullah S.A.W, "Apabila harta orang kafir yang dihalalkan tanpa perang yang dijadikan pembahagian bergilir, amanat dijadikan seperti harta rampasan, zakat dijadikan seperti pinjaman, belajar lain daripada agama, orang lelaki taat kepada isterinya, menderhakai ibunya, lebih rapat dengan teman dan menjauhkan ayahnya, suara-suara lantang dalam masjid, pemimpin kaum dipilih dari orang yang fasik, oarng dimuliakan kerana ditakuti akan tindakan jahat dan aniayanya dan bukan kerana takutkan Allah, maka kesemua itu adalah TANDA-TANDA KIAMAT
            Sesungguhnya setiap makhluk hidup –apakah itu manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan– memiliki tanda-tanda dari akhir kesudahan hidupnya di dunia. Tanda-tanda dekatnya kematian manusia adalah rambut beruban, tua, sakit, lemah. Begitu juga halnya dengan hewan, hampir sama dengan manusia. Sedangkan tumbuhan warna menguning, kering, jatuh, lalu hancur. Demikian juga alam semesta, memiliki tanda-tanda akhir masanya seperti kehancuran dan kerusakan. Saa’ah asalnya adalah sebagian malam atau siang. Dikatakan juga: Saa’at segala sesuatu berarti waktunya hilang dan habis. Dari makna ini, maka saa’ah atau kiamat mengandung dua macam, yaitu : Saa’ah khusus bagi setiap makhluk, seperti tanaman binatang dan manusia ketika mati; dan bagi sebuah umat jika datang ajalnya. Itu semua dikatakan telah datang saatnya. Saa’ah umum bagi dunia secara keseluruhan ketika ditiup sangkakala, maka hancurlah segala yang di langit dan di bumi.
            Bagaimana dengan kiamat yang sebenarnya? Tentu saja lebih dahsyat, lebih besar, dan lebih mengerikan. Dan Alquran banyak menyebutkan tentang kejadian di hari kiamat. Terjadinya kiamat adalah hal yang gaib. Hanya Allah saja yang tahu. Tidak satu pun dari makhlukNya mengetahui kapan kiamat, baik para nabi maupun malaikat. Allah SWT. Berfirman, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.” (Luqman 34).
            Maka ketika ditanya tentang hal ini, Rasulullah saw. Mengembalikannya kepada Allah swt., “Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat.” (Fushilat: 47)
            Allah merahasiakan terjadinya hari kiamat, dan menerangkan bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba. “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’.” (Al-A’raaf: 187)
            Namun demikian, sesungguhnya Allah dengan rahmat-Nya telah menjadikan kiamat memiliki alamat yang menunjukkan ke arah itu dan tanda-tanda yang mengantarkannya. “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?” (Muhammad: 18)
            Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula’).”(Al-An’am: 158)
            Maka tanda-tanda kiamat adalah alamat kiamat yang menunjukkan akan terjadinya kiamat tersebut. Dan tanda-tanda kiamat ada dua: tanda-tanda kiamat besar dan tanda-tanda kiamat kecil.
            Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama, dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khamr, berlomba-lomba dalam membangun, dan lain-lain. Terkadang sebagiannya muncul menyertai tanda kiamat besar atau bahkan sesudahnya.
            Tanda kiamat besar adalah perkara yang besar yang muncul mendekati kiamat yang kemunculannya tidak biasa terjadi, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa a.s., Ya’juj dan Ma’juj, terbit matahari dari Barat, dan lain-lain.
            Para ulama berbeda pendapat tentang permulaan yang muncul dari tanda kiamat besar. Tetapi Ibnu Hajar berkata, “Yang kuat dari sejumlah berita tanda-tanda kiamat, bahwa keluarnya Dajjal adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar, dengan terjadinya perubahan secara menyeluruh di muka bumi. Dan diakhiri dengan wafatnya Isa a.s. Sedangkan terbitnya matahari dari Barat adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar yang mengakibatkan perubahan kondisi langit. Dan berakhir dengan terjadinya kiamat.” Ibnu Hajar melanjutkan, ”Hikmah dari kejadian ini bahwa ketika terbit matahari dari barat, maka tertutuplah pintu taubat.” (Fathul Bari)
Tanda-Tanda Kiamat Kecil
            Tanda-tanda kiamat kecil terbagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah saw., terbunuhnya Utsman bin ‘Affan, terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua, kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzinahan dan pembunuhan, banyaknya wanita dan lain-lain.
Di antara tanda-tanda kiamat kecil adalah:
1. Diutusnya Rasulullah saw
Jabir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)
2. Disia-siakannya amanat
Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR Bukhari)
3. Penggembala menjadi kaya
Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” (HR Muslim)


4. Sungai Efrat berubah menjadi emas
 Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi)
5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam
”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku (Rasulullah saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).
6. Banyak terjadi pembunuhan
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj.. Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim)
7. Munculnya kaum Khawarij
Dari Ali ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR Bukhari).
8. Banyak polisi dan pembela kezhaliman
“Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” (HR At-Tabrani)
9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)

10. Dominannya Fitnah
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar.” (HR Ahmad).
11. Sedikitnya ilmu
12. Merebaknya perzinahan
13. Banyaknya kaum wanita
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki.” (HR Bukhari)
14. Bermewah-mewah dalam membangun masjid
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid.” (HR Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)
15. Menyebarnya riba dan harta haram
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR Ahmad dan Bukhari)
Tanda-Tanda Kiamat Besar
            Sedangkan tanda-tanda kiamat besar yaitu kejadian sangat besar dimana kiamat sudah sangat dekat dan mayoritasnya belum muncul, seperti munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj.
Ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan tanda-tanda kiamat besar di antaranya:
            Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)
            Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)
            Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)
Perbedaan antara tanda-tanda kiamat kecil dan kiamat besar adalah :
1.        Tanda-tanda kiamat kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar.
2.        Tanda-tanda kiamat kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
3.        Tanda-Tanda Kiamat Kecil  bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
4.        Tanda kiamat kecil berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat. Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
5.        Tanda-tanda kiamat besar jika muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari Barat .
Berkata Ali bin Abi Talib,
“Akan datang di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja,
Al-Qur’an hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut Asma Allah.
Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga.
Dan kesemua yang tersebut adalah tanda-tanda hari kiamat.”
Sabda Rasulullah S.A.W,
“Apabila harta orang kafir yang dihalalkan tanpa perang yang dijadikan pembahagian bergilir, amanat dijadikan seperti harta rampasan, zakat dijadikan seperti pinjaman, belajar lain daripada agama, orang lelaki taat kepada isterinya, menderhakai ibunya, lebih rapat dengan teman dan menjauhkan ayahnya, suara-suara lantang dalam masjid, pemimpin kaum dipilih dari orang yang fasik, orang dimuliakan kerana ditakuti akan tindakan jahat dan aniayanya dan bukan kerana takutkan Allah, maka kesemua itu adalah
 Tanda - tanda kiamat.

makalah tentang da'wah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian
Secara garis besar hadits adalah sesuatu yang di identikkan dengan perkataan yang berasal dari nabi Muhammad Saw. Sedangkan Da’wah adalah penyebaran atau penyampaian ilmu pngetahuan yang di identikkan dengan pengetahuan keagamaan, kemudian  pengajaran adalah kata yang berasal dari kata “ajar” yang mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an” yang mengartikan cara, kode etik atau system ajar kepada audiens sehingga mengerti apa yang di transferkan oleh pengajar.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits da’wah dan pengajaran adalah penyampaian ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan tentang agama islam atau pengetahuan secara umum yang dilandaskan dengan sesuatu atau perkataan yang berasal dari Rasulullah Saw.
Sedangkan yang melingkupi hadits tentang da’wah dan pengajaran ini antara lain adalah cara pengajarannya, kode etik penyampaian, dan strategi dalam pengajaran yang sesuai dengan hadits tercapai tujuan pengajaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran yang telah di ajarkan dalam islam.

1.2. Ruang Lingkup
Makalah ini berisi tentang hadits yang melingkupi poin-poin berikut :
a. Permintaan dakwah bagi kaum wanita
b. Nabi tidak pernah berbicara kasar
c. Mempermudah dan tidak mempersulit
d. Cara berdakwah mengajak secara berpaham
e. Wajah dan suara Nabi tatkala berkuthbah
Kemudian lengkap dengan terjemah hadits tersebut, dasar tasyri’ atau hukum dari al-Qur’an, histori munculnya hadits tersebut yang kita kenal dengan asbabul wurud yang di  uraikan secara detail dengan kesimpulan dan terlampir daftar pustaka yang di kutip sebagai bahan referensi dalam pembentukan makalah ini.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Peranan Wanita dalam mengubah masyarakat
            Sudah jelas bahwa kewajiban Muslimah bukanlah hanya sebagai ibu (ummun) dan pengatur rumah tangga (rabbatul bait). Namun Muslimah juga memiliki tanggung jawab lain yang hukumnya juga adalah wajib yaitu turut aktif melakukan dakwah baik secara pribadi mahupun bergerak dalam jemaah. Dengan kata lain.
            Peranan utama wanita muslimah adalah mengurus dan mendidik anak-anak. Dia mampu menjadi sumber yang menghasilkan cendikiawan dan mujahid pembela Islam. Wanita yang berusaha mempersiapkan anaknya menjadi pejuang Islam merupakan penyumbang besar dalam proses perubahan masyarakat.
            Peranan kedua ialah untuk membimbing sesama wanita. Walaupun wanita memikul tanggung jawab yang besar dalam keluarga, namun beliau juga pasti mampu untuk memikul tugas dakwahnya kerana Allah Yang Maha Mengetahui tidak akan membebani hamba-Nya diluar kemampuan mereka. Perkara penting yang harus difahami seorang muslimah ialah bagaimana caranya untuk memadukan seluruh kewajipannya agar dapat dilaksanakan dengan sempurna.

            Seorang muslimah itu mesti memiliki pemahaman yang jernih mengenai Islam. Dia wajib meyakini bahawa Islam adalah rahmatan lil ’alamin dengan tertegaknya seluruh hukum Islam dan tidak boleh meragui bahawa Islam wajib ditegakkan dalam kehidupan sebagai satu-satunya penyelesaian. Muslimah perlu menyedari bahawa tertegaknya Islam bergantung kepada perjuangan pemeluknya termasuklah kaum wanita yang jumlahnya separuh dari penduduk manusia. Seorang Muslimah perlu memahami bahawa beliau merupakan asas kepada tiang negara dan sebahagian dari ahli masyarakat. Masyarakat Islam tidak mungkin akan terbina dan Daulah Islam tidak akan tertegak jika wanitanya tidak memahami Islam, tidak mengamalkan Islam dalam kehidupan, tidak berdakwah ke jalan Islam, tidak melahirkan generasi pejuang Islam dan tidak menyokong suaminya yang berjuang menerapkan Islam.

            Pemahaman tadi perlu digabungkan dengan gambaran yang jelas tentang apa yang mesti dilakukan supaya pemahaman itu tidak terhenti hanya sebagai satu pengetahuan tetapi ianya dipraktikkan dalam kehidupan.  Seandainya perkara ini tidak diwujudkan, adalah tidak mustahil jika terdapat segolongan Muslimah yang merasa tertekan dengan beban dakwah yang dipikulnya, justeru menghadkan kewajipannya terhadap rumahtangga sahaja. Memang benar, tanggungjawab dakwah itu berat. Namun, alangkah beratnya siksaan di akhirat bagi mereka yang meninggalkan dakwah dan betapa besar malapetaka yang akan menimpa manusia seandainya kaum hawa sebagai ibu yang mendidik umat manusia, mengabaikan dakwah.

            Muslimah yang memahami kewajipannya, akan saling bekerjasama dengan suami tercinta untuk bersungguh-sungguh mendidik anak-anak dan keluarganya dengan ajaran Islam yang sebenar sehingga melahirkan para pendukung perjuangan Islam.  Mereka(wanita) juga akan turut berjuang bersama-sama Muslimah lainnya untuk membentuk para pendukung dakwah Islam dan seterusnya mewujudkan satu pandangan umum bahawasanya Daulah Islam wajib ditegakkan. 

            Dalam kesibukan aktiviti sehariannya sebagai pengatur rumah tangga, seorang muslimah itu masih mampu untuk mengubah pemahaman umat sekalipun sewaktu membeli-belah di pasar, menghantar anak ke sekolah ataupun sewaktu berbual-bual dengan jiran tetangga. Semua itu dilakukan dengan tujuan yang jelas, iaitu bagi membentuk pandangan umum tentang kewajipan menerapkan Syariat Islam di dalam kehidupan.  Sekiranya tedapat peluang, samada secara tidak sengaja, ataupun sememangnya di rancang, seorang muslimah akan mengadakan program-program pembinaan pemikiran Islam di sekitar kawasan kediamannya.  Beliau juga berperanan mengajak rakan-rakan Muslimah yang lain untuk menyertai program-program yang diadakan.. 

            Peranan ketiga wanita adalah sebagai sayap kiri masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Islam bersama-sama golongan lelaki. Wanita mempunyai peranan yang sama dengan lelaki dalam usaha menegakkan Islam. Wanita adalah saudara lelaki. Begitulah ungkapan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam tentang wanita seperti yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari. Pernyataan seperti ini banyak ditemui dalam sirah dakwah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wa Sallam. Kaum muslimin tidak akan lupa bahawa orang yang pertama mengimani Muhammad ibnu Abdullah sebagai Nabi dan Rasul adalah seorang wanita yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Taala sebagai isterinya, Saidatina Khadijah. Beliaulah yang membantu  Rasullullah berdakwah, membelanya, mengeluarkan harta bendanya bagi dakwah dan sangat mencintai suaminya di saat ramai orang memperlekehkan dan membencinya. Beliaulah yang berada di sisi Rasullullah dan menyokong dakwah Nabi dengan setia tanpa henti sehingga akhir hayatnya tiga tahun sebelum hijrah. Suatu ketika Nabi mengenang wanita yang sangat dicintainya : ”Demi Allah, tiada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman ketika semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua pihak mendustakan, yang mengorbankan hartanya ketika semua berusaha mempertahankannya dan daripadanyalah aku mendapat keturunan”.  Inilah srikandi muslimah pertama.

            Di Mekah dan Madinah bukan hanya kaum lelaki yang berdakwah tetapi juga wanita. Saudah binti Zam’ah, setelah memeluk Islam, dia segera mendakwahi keluarganya sehinggakan suaminya memeluk Islam. Keduanya saling menyokong untuk berhijrah ke Habsyah dan sehinggakan demi dakwah, suaminya menghembuskan nafas terakhir di negeri Najasyi itu. Akhirnya, sekembalinya ke Mekah Allah Subhanahu wa Taala menetapkannya sebagai isteri NabiSallallahu Alaihi wa Sallam.

            Ummu ’Ammar (isteri Yasir, ibunya ’Ammar bin Yasir) adalah orang pertama yang terbunuh fi sabilillah demi Islam dan kemudian diikuti oleh suaminya. Demikian pula Fatimah binti Al Khathab yang ditemani oleh suaminya untuk berbincang dengan abangnya, Umar bin Al Khathab yang berakhir dengan pengislaman Umar.

            Sewaktu pasukan Nabi menuju ke Khaibar, Ummu Sinaan menghadap baginda Sallallahu Alaihi wa Sallam meminta untuk turut serta dalam pasukan bagi tugas menjaga keperluan minuman, merawat orang sakit dan luka serta mengurusi bekalan makanan. Permintaan tersebut dipersetujui oleh Rasulullah dengan mengatakan : ”Pergilah dengan mendapat rahmat dari Allah”.

            Peranan keempat wanita dalam mengubah masyarakat adalah berkecimpung dalam politik. Terdapat banyak contoh peranan wanita muslimah ketika zaman Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam dalam bidang yang berisiko tinggi. Asma binti Abu Bakar bertugas menghantar makanan untuk ayahnya (Abu Bakar) dan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam yang sedang bersembunyi di Gua Tsur dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Tugas ini sangat berbahaya, kerana apabila orang Quraisy mengetahui tindakannya, bukan hanya dia yang akan mendapat kesusahan tetapi nyawa ayahnya dan Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam akan terancam. Asma’ merupakan seorang yang cerdik, dia berjalan menuju ke bukit itu sambil mengembala kambing. Beliau berjalan di depan dan kambing-kambingnya berjalan di belakang. Akhirnya, Rasullullah dan Abu Bakar berjaya memboloskan diri menuju ke Madinah untuk terus menegakkan Islam oleh negara di Madinah.

            Peranan politik lain bagi wanita adalah memuhasabah(menasihati) penguasa. Tidak hanya bagi lelaki, wanita juga diperintahkan untuk menasihati pemimpin. Rasulullah bersabda, ”Agama itu nasihat”. Ditanyakan ’Kepada siapa ya Rasulullah?’ Beliau menjawab : ”Kepada Allah, Rasulnya, para pemimpin kaum Muslim dan rakyat mereka”. [HR Bukhari]. 

            Diriwayatkan semasa pemerintahan Khalifah Umar, seorang wanita memuhasabah dasarnya (polisinya) iaitu melarang wanita meminta mahar (mas kahwin) yang tinggi dan bagi yang telah mendapat mahar yang tinggi harus mengembalikannya. Hujah wanita itu, dasar tersebut bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Taala :

Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedangkan kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikitpun” [TMQ An Nisa:20]
Khalifah Umar pun terus menukar arahannya dengan mengatakan : ”Benar, perkataaan wanita itu!”
            Selain dari itu, aktiviti politik wanita juga adalah melibatkan diri dalam parti politik sebagaimana yang telah disebut dalam Al Quran, Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan lelaki dan wanita untuk melibatkan diri dalam parti politik. Firman-Nya :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Islam, mengajak melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” [TMQ Ali Imran:104]

            Wanita dalam parti politik boleh sahaja menasihati pemimpin namun aktivitinya yang lebih utama adalah membina kesedaran politik kaum wanita. Wanita merupakan tiang negara, jika wanita tiada kesedaran dan pemikiran politik maka negara akan lemah. Sebaliknya jika wanita memiliki kesedaran politik yang tinggi maka negara pasti akan berdiri teguh.

            Jelas sekali, betapa kaum wanita sepatutnya menjadi srikandi muslimah seperti para Sahabiyah. Sudah tiba masanya wanita menolak kaum hawa direndahkan atau merendahkan diri sebagai pemuas nafsu, penghibur dengan lenggok yang mengghairahkan, mengeksploitasi kecantikannya dan mengabaikan kehidupan masyarakat yang ahli-ahlinya telah wanita lahirkan dengan penuh kepayahan dan kesakitan.

            Wanita sepatutnya menyedari waktu yang dimilikinya hanya dua puluh empat jam sehari sedangkan kewajipan yang mesti ditunaikan semakin menggunung. Oleh kerana itu, mereka amat menghargai waktu. Tidak mungkin baginya untuk melakukan aktiviti yang mubah (harus) apatah lagi aktiviti yang sia-sia seperti menonton drama, telenovela, berbual kosong dan sebagainya. Mereka sentiasa terikat dengan hukum syara’ baik dalam perbuatan mahupun perkataan. Halal dan haram menjadi panduan dan mengutamakan kewajipan. Bibirnya sentiasa basah dengan zikrullah yang memuji Allah Subhanahu wa Taala. Sejadah sentiasa terhampar untuk bersujud dan rumahnya selalu dipenuhi dengan bacaan Al-Quran beserta kajian isinya. Dia tidak takut dengan celaan dan ancaman sesiapapun yang membenci Islam kerana janji Allah Subhanahu wa Taala sentiasa tersemat di hati dan menjadi pendorong kepadanya. ”Dia yang Maha Perkasa akan menolong mereka yang menolong agamanya” [TMQ Muhammad:7]. Tegaknya Islam di muka bumi ini menjadi cita-citanya dan redha Allah merupakan harapannya. Ringkasnya, wanita Islam merupakan wanita yang melakukan ttugas dan tanggungjawab berkaitan hal-hal ibadah, urusan keluarga, sosial, ekonomi dan politik.

B.     Nabi Tidak Pernah Berbicara Kasar
            Setiap gerak-gerik dan ucapan manusia selalu tidak lepas dari pengawasan Allah   dan dicatat oleh malaikat Raqib dan ‘Atid, firman Allah :
“ Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”. (QS. Al Fajr 89:14).
Karena selalu diawasi, bagaimanakah manusia menjaga lisan itu sesuai dengan fitrahnya ?

1. Selalu berkata yang baik.
            Selalu berkata yang baik harus menjadi sikap hidup bagi orang yang beriman. Dari Abu Hurairah t Rasulullah   bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْلِيَصْمُتْ
 Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. (Bukhari dan Muslim).

            Menurut Imam Syafi’i apabila seseorang hendak berbicara pikirkanlah sebelumnya, seandainya sudah jelas kemashlahatannya maka ucapkanlah namun apabila ragu dengan perkataannya itu jangan disampaikan hingga jelas kemashlahatannya.

 2. Tidak berdusta.
            Para ahli bahasa telah bersepakat bahwa dusta atau bohong ialah menyampaikan informasi (laporan, data, pertanggung jawaban) yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Firman Allah :
” Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu katakan”. (QS Ash. Shaff 61:3).

Rasulullah  bersabda:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا, وَمَنْ كَانَ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ  كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ الّنِفَاقِ حَتَّى يَدَعَهُنَّ: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ, وَإِذَا حَدَثَ كَذَبَ, وَإِذَاعَاهَدَ غَدَرَ, وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ( متفق عليه )
Empat perkara apabila ada pada diri seseorang, maka ia adalah seorang munafik tulen, dan barang siapa yang ada dalam dirinya salah satunya, maka ia telah memiliki salah satu sifat kemunafikan sampai ia meningalkannya : Apabila diberi kepercayaan ia berkhianat, apabila berbicara ia bohong, apabila berjanji ia melanggarnya, dan apabila berbantahan (bermusuhan ) ia berbuat fasik. (muttafaqun ‘alaih ).

3. Tidak menggunjing.
Firman Allah  yang artinya:
“ Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”.(QS Al-hujarat 49:12).

Sedangkan yang dimaksud dengan menggunjing ialah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah  :
اَلْغِيْبَةُ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Ghibah ialah engkau menyebut saudaramu tentang apa-apa yang tidak disenanginya”. (H.R Muslim).

            Menurut An-Nawawi, bahwa yang dimaksud oleh hadits tersebut diatas ialah menyebut kekurangan dan keburukan seseorang dalam hal dunianya, agamanya, akhlaknya, istri dan anaknya, suaminya, hartanya, rumah tangganya, pakaiannya, gaya jalannya, pembantu rumah tangganya, baik menyebut dengan lisan maupun dengan bahasa isyarat kedipan mata, tangan dan sebagainya.

4. Tidak menghina sesama muslim.
            Sebagai orang yang beriman kita tidak boleh menghina, mencela dan melaknat seseorang, sebagaimana firman Allah I  yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum memperolok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, karena boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok itu) lebih baik dari wanita yang mengolok-olok, dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan buruk sesudah iman dan barang siapa tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.(QS 49 :11).

            Adapun yang dimaksud dengan mencela diri sendiri pada ayat di atas ialah mencela sesama muslim. Sebab orang Islam itu bersaudara seperti satu badan, jadi menghina seorang muslim berarti menghina diri sendiri. Sedangkan panggilan buruk yang dimaksud ialah memanggil seseorang dengan panggilan/gelar yang tidak ia sukai, seperti pangilan kepada seseorang yang sudah beriman dengan kata-kata: Hai fasik, dan kata-kata sejenisnya.

5. Tidak berkata kotor.
            Yaitu perkataan yang tidak sopan, tidak pantas didengar dan jorok, hal tersebut bisa mengakibatkan orang yang mendengarnya menjadi tersinggung dan sakit hati. Allah I tidak menyukai orang yang berkata-kata kotor. Sabda Rasulullah :
إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْفَاحِشَ الْمُتَفَحِّشَ
 Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang kotor perkataannya menyebabkan orang lain berkata kotor pula”. (Lihat : Ibnu Hibban 5177, Mawaridu Al-Dzam’an 1566, Ahmad 6514, Kasyfu Al-Khafa 736, Hadits Hasan).

6. Menjauhi pertengkaran dan perdebatan
            Dalam suatu riwayat, Nabi  pernah mendatangi sahabat beliau yang sedang berdebat, seraya beliau menegur dan melarang perbuatan itu, lalu beliau bersabda :
مَنْ تَرَكَ اْلكَذِبَ وَهُوَ بَاطِلٌ بُنِيَ لَهُ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ   وَهُوَ مُحِقٌّ  بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِهَا وَمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ بُنِيَ لَهُ فِي أَعْلاَهَا
“Barang siapa yang meninggalkan dusta sedang dia dalam keadaan salah, dibangunkan )(oleh Allah) I untuknya (sebuah rumah) dipinggir surga. Dan barang siapa meninggalkan perdebatan sedangkan dia dalam keadaan benar, dibangunkan (oleh Allah) untuknya dipertengahannya dan barangsiapa yang baik akhlaknya dibangunkan untuknya (rumah)  yang paling tinggi”. (H.R Tirmidzi dan berkata: Hadits Hasan).
            Apalagi pada masa kini, pertengkaran dan perdebatan semakin meningkat dan banyak terjadi baik di pasar, di kantor, maupun di perusahaan. Karena itu bagi orang-orang yang niat hidupnya untuk ibadah kepada Allah  , sudah tentu ia akan menghindari dan menjauhkannya baik dalam keadaan bersalah ataupun benar.

C.    Memudahkan Tidak Mempersulit
            Di antara metode yang menyejukkan yang ditempuh oleh Rasulullah dalam berdakwah yaitu mempermudah tidak mempersulit serta meringankan tidak memberatkan begitu melimpah nash al-quran maupun teks as-Sunnah yang memberikan isyarat bahwa memudahkan itu lebih disukai Allah dari pada mempersulit.
Allah  berfirman:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.(Q.S Al-Baqarah 2:185).
Allah juga berfirman:
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.(Q.S An-Nissa 4:28).

Allah tidak bermaksud menyulitkan kamu dan manusia teapi dia hendak membersihkan kamu.(Q.S Al- Maidah 5:6).
              
          Dalam shohih Bukhori disebutkan ketika Rasulullah mengutus sahabatnya (untuk berdakwah) bersabda:
يَسِّرُ وا وَ لاَ تُعَسِّرُ وا وَ بَشِّرُوا وَ لَاتُنَفِرُوا 
Mudahkan jangan kalian mempersulit berikan kabar gembira jangan buat mereka lari.
Allah Berfirman:
''Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.'' (QS Al-Anbiyaa : 107).
            Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya teladan bagi umat manusia. Dalam berdakwah, Rasul SAW senantiasa mengajak umatnya dengan cara yang lembut, sopan, bijaksana, kasih sayang, dan penuh keteladan.

            Sebab, sejatinya dakwah adalah menyeru dan mengajak umat manusia untuk menjadi lebih baik. Bukan menakut-nakuti mereka dengan berbagai ancaman. Dalam Alquran, Allah SWT memberikan tuntunan berdakwah dengan tiga cara, yakni bil hikmah, mau'izhah hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan. ''Ajaklah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (bijaksana), pelajaran (nasihat) yang baik, dan cegahlah mereka dengan cara yang baik.'' (QS An-Nahl: 125).

            Karena itu, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan segala bentuk praktik kotor dengan mengatasnamakan dakwah. Misalnya, memanipulasi atau menjual ayat-ayat Allah demi keuntungan sesaat, mengeksploitasi potensi umat demi kepentingan pribadi atau melakukan pemaksaan dan tindakan anarkis atas nama agama.

            Dalam berdakwah, Rasulullah SAW mendahulukan prinsip rahman (kasih sayang), karena beliau diutus ke muka bumi ini sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiyaa : 107). Sebab, dengan cara ini, metode dakwah lebih berjalan efektif untuk memberikan kesadaran umat.
            Seorang pemuda pernah bertemu dan bertanya pada Rasul SAW. ''Ya Rasulullah, izinkan saya berzina.'' Rasul memandangi pemuda tersebut dengan penuh kasih sayang dan mengajaknya berdialog. ''Sukakah kamu bila itu terjadi pada ibumu?'' tanya Rasul. ''Tidak, demi Allah,'' jawab anak muda itu. ''Sukakah kamu bila itu terjadi pada saudara perempuanmu?'' tanya Rasul. ''Tidak, demi Allah.'' ''Sukakah kamu bila itu terjadi pada anak perempuanmu?.'' ''Tidak, demi Allah.'' Sukakah kamu bila itu terjadi pada istrimu?'' Anak muda itu menjawab, ''Tidak, Demi Allah.''
Rasulullah lalu berkata, ''Demikianlah halnya dengan semua perempuan, mereka itu berkedudukan sebagai ibu, saudara perempuan, istri, atau anak perempuan.'' Kemudian beliau meletakkan telapak tangannya di dada pemuda itu, lalu mendoakannya.


            Alangkah indahnya teladan Rasulullah SAW. Begitu lembut dan penuh dengan kasih sayang. Nasihatnya tak menyakitkan si pendengarnya, bahkan menyadari kekeliruan yang dibuatnya. Dan si pendengar tidak menganggap nasihat itu sebagai sebuah larangan, melainkan contoh yang akan terjadi terhadap dirinya dan keluarganya.         

D.     Cara berdakwah mengajak secara berpaham
       Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul dan nabi yang terakhir untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya, dari kekafiran kepada iman, dari kesyirikan kepada tauhid, dari neraka kepada surga. Beliau telah menyampaikan risalah yang mulia ini secara sempurna kepada umatnya, yakni para Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum pada waktu itu. Para Sahabat radhiyallahu ‘anhum mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk mendukung dan mengamalkan seluruh ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dengan demikian, mereka pun layak untuk menggapai kemuliaan Islam dan menjadi generasi yang terbaik dari umat ini. Allah berfirman:

“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia. Kalian menyuruh kepada yang ma’ruf, melarang dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (Ali Imran: 110)

            Sesungguhnya Dakwah Salafiyyah merupakan seruan yang mengajak seluruh manusia kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan pemahaman para Salaf yang baik dalam segala aspek, baik dari segi aqidah, manhaj, ibadah, mu’amalah, akhlak, adab, dan lain sebagainya. Alasan inilah, yang membuat setiap muslim tidak perlu ragu terhadap kebenaran Dakwah yang agung ini. Dakwah ini berasaskan Al-Qur’an sebagai kalamullah yang tidak diragukan lagi kebenarannya, As-Sunnah yang diambil dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang tidak pernah berbicara dengan hawa nafsu melainkan dengan wahyu dari Allah, serta pemahamam para Sahabat yang kesepakatan mereka adalah ma’shum (terpelihara dari dosa dan kesalahan).

            Oleh karena itu, barangsiapa yang meragukan kebenaran Dakwah Salafiyyah, berarti dia meragukan kebenaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta menganggap para Sahabat yang mulia telah bersepakat di atas kebatilan. Alangkah celaka orang-orang yang meragukan kebenaran Dakwah Salafiyyah ini!!!

            Dakwah Salafiyyah akan selalu disuarakan oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Al-Firqatun-Najiyah, atau At-Thaifah Al-Manshurah pada setiap masa dan dimana pun mereka berada. Dengan keberlangsungan dakwah ini, Allah menegakkan hujjah-Nya atas segenap manusia sampai hari Kiamat.

             Dakwah Salafiyyah ini tentunya sangat berbeda dengan berbagai Dakwah sempalan yang mengajak kepada golongan masing-masing. Dakwah Salafiyyah tidak pernah mengajak kepada golongan, kelompok, organisasi tertentu, atau tokoh agama yang jelas tidak ma’shum. Sementara kita bisa menyaksikan Dakwah-Dakwah yang lain secara beramai-ramai mengajak umat untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman pendiri atau tokoh masing-masing. Misalnya:

- Rafidhah mengajak kembali kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Abdullah bin Saba’ Al-Yahudy .

- Jahmiyyah mengajak kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Ja’ad bin Dirham dan Jahm bin Sofwan.

- Asy’ariyyah mengajak kembali kepada Al-Qur`an dan AS-Sunnah sesuai dengan pemahaman Abul Hasan Al-Asy’ary sebelum taubatnya kepada manhaj Salaf .

- Maturidiyyah mengajak kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Abul Manshur Al-Maturidy.

- Mu’tazilah (kaum Rasionalis) mengajak kepada keduanya sesuai dengan pemahaman Washil bin Atha’.

- Jama’ah Tabligh mengajak kepada keduanya sesuai dengan pemahaman Muhammad Ilyas.

- Ikhwanul Muslimin mengajak kepada keduanya sesuai dengan pemahaman Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, dan tokoh-tokoh lain yang termasuk dari pentolan mereka.         

- Hizbut Tahrir mengajak kepada keduanya sesuai dengan pemahaman Taqiyuddin An-Nabhani.

- Sururiyyah mengajak kepada keduanya sesuai dengan pemahaman Muhammad Surur bin Nayef Zainal Abidin.

            Dan demikianlah segenap Dakwah sempalan yang lainnya. Adapun Dakwah Salafiyyah mengajak kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para Sahabat radhiallahu ‘anhum sebagai generasi terbaik umat ini yang kesepakatan mereka adalah ma’shum. Pemahaman mereka ini telah diwarisi oleh generasi yang terbaik setelah mereka yakni para Tabi’in dan Atba’ut tabi’in.

            Dari sisi lain, perbedaan antara Dakwah Salafiyyah dengan dakwah yang bid’ah yaitu Dakwah ini menganjurkan pengikutnya untuk mengambil ilmu dari para ulama salaf yang terpercaya pada setiap masa, baik dengan belajar langsung atau melalui buku-buku mereka. Adapun dakwah bid’ah yang dapat dipastikan kebatilannya, menjauhkan para pengikutnya dari para ulama Salaf. Imam Al-Auza’i rahimahumullah berkata:

عَلَيْكَ بِآثَارِ مَنْ سَلَفَ، وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ، وَإِنْ زَخْرَفُوا لَكَ بِالْقَوْلِ

“Ikutilah atsar (jejak) para Salaf walaupun manusia menentangmu, dan jauhilah logika-logika para tokoh, walaupun mereka menghiasinya untukmu dengan perkataan (indah yang menipu).” [SHAHIH, HR. Al-Khatib, Al-Ajurri dan Ibnu Abdil Barr]
Beliau juga berkata:

فَاصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَّةِ، وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ الْقَوْمُ، وَقُلْ بِمَا قَالُوا، وَكُفَّ عَمَّا كَفُّوا عَنْهُ، وَاسْلُكْ سَبِيْلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ، فَإِنَّهُ يَسَعُكَ مَا وَسِعَهُمْ
“Sabarkan dirimu diatas As-Sunnah, bersikaplah sebagaimana para Salaf bersikap, berucaplah sesuai dengan apa yang mereka ucapkan, tahanlah dirimu dari perkara yang mereka menahan diri, dan melintaslah di atas jalan salafmu yang baik, karena sesungguhnya akan terasa lapang bagimu apa yang terasa lapang bagi mereka”. [HR. Al-Laalika`i, Baihaqi dan Al-Aajurri dengan sanad yang SHAHIH]

Imam Abu ‘Aliyah rahimahullah berkata: “Ikutilah perkara agama yang terdahulu (dimasa Salaf). Mereka
berada di atasnya sebelum umat ini berpecah belah (menjadi bergolong-golongan).”

Prinsip-prinsip Dakwah Salafiyyah

            Dakwah Salafiyyah adalah seruan kepada jalan Allah agar manusia mentauhidkan-Nya. Dakwah kepada jalan Allah merupakan dakwah para rasul ‘alaihimus salam. Allah berfirman:

“Dan tidaklah kami mengutus seorang rasul pun sebelummu (wahai Nabi) melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Aku, maka kepada-Kulah hendaknya kalian beribadah.” (Al-Anbiya’: 25)

            Dakwah Salafiyyah memiliki beberapa prinsip, sesuai dengan manhaj yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana dakwah-dakwah bid’ah yang berkiprah saat ini mesti menyelisihi salah satu atau lebih dari beberapa prinsip tersebut. Adapun prinsip-prinsip yang kami maksud adalah sebagai berikut:

1. Dakwah Salafiyyah berdiri diatas ilmu yang haq.

2. Dakwah Salafiyyah berdiri diatas sikap beramal dengan ilmu.

3. Dakwah Salafiyyah berdiri diatas keikhlasan dalam berilmu, beramal, dan berdakwah.

4. Dakwah Salafiyyah berdiri diatas perbaikan di berbagai sektor yang fundamental dalam Islam.

5. Dakwah Salafiyyah berdiri diatas kesabaran terhadap segala cobaan, rintangan, dan gangguan yang ditemui di jalan Dakwah yang agung ini.

6. Dakwah Salafiyyah berdiri diatas akhlaq karimah yang terpuji dan adab sopan santun yang mulia.

7. Dakwah Salafiyyah berdiri diatas kesungguhan yang mapan dan tekad yang kuat tanpa mengenal putus asa dalam menyuarakan kebenaran.

Demikianlah sekelumit tentang prinsip-prinsip Dakwah Salafiyyah yang agung dan mulia ini. Tentunya, masih banyak prinsip Dakwah Salafiyyah yang belum kami singgung dalam tulisan ini. Semoga beberapa prinsip yang telah disebutkan diatas bisa menjadi penyegaran dan perbaikan bagi keislaman kita pada masa mendatang.

E.     Wajah dan suara Nabi tatkala berkuthbah

            Ahli tafsir kenamaan Al-Qurtubi berkata: “Keindahan Nabi tidak mungkin tampak dengan jelas, karena penglihatan kita tidak sanggup menatap wajah beliau sepenuhnya.”
            Dalam hadis banyak kita jumpai berbagai riwayat yang menggarnbarkan keindahan bentuk dan keelokan paras Nabi,  Oleh karena itu, kita yakin bahwa  Allah yang Maha Kuasa telah menciptakan beliau dalam sebagus-bagus rupa dan sebaik-baik bentuk adalah merupakan kesempurnaan iman kita kepadanya.
            Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Al-Baara’, bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling indah paras mukanya. Wajahnya laksana matahari yang memancar, demikian sahabat Abu Hurairah menurut riwayat At-Turmidzy.
            Imam ‘Ali R.a, menurut riwayat At-Turmidzy yang lain, dalam menggambarkan sifat-sifat Rasulullah berkata, bahwa wajah beliau bulat, penuh daya tarik. Sedang ‘Aisyah berkata: “Bila Rasulullah sedang gembira, maka paras mukanya bagaikan belahan bulan purnama,” seperti yang diriwayatkan At-Turmidzy.
            Abu Bakar Ashiddiq dan Ka’ab bin Malik, keduanya melukiskan wajah Nabi dengan kata-kata: “seolah-olah lingkaran bulan purnama.”
            Tatkala Abu Thufail ditanya tentang sifat-sifat Nabi, ia berkata:”Beliau berwajah putih menarik, berseri bila sedang gembira, bagaikan bulan purnama memancarkan sinar.”
            Dalam menggambarkan sifat-sifat Nabi, para sahabat sepakat dan tidak beda pendapat, bahwa beliau mempunyai wajah yang bersinar dan mempesona
            Sahabat Jabir dalam menggambarkan bentuk dan rupa Nabi, berkata: “Wajah beliau bulat laksana matahari atau bulan purnama.” (Hadis riwayat Mus­lirn)
            Al Hasan bin ‘Ali meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah, bahwa Rasulullah bertampang muka sangat gagah, berwibawa dan berseri-seri, bagaikan bulan purnama. Demikian menurut At-Turmidzy.
            Tatkala Jabir Samurah menatap wajah Rasulullah di malam terang bulan, ia berkata: “Aku memandang wajah Nabi, lalu melihat ke arah bulan, maka bagiku beliau jauh lebih indah dari bulan yang sedang memancarkan cahaya itu.” (Hadis riwayat At­Turmidzy)
            Putra Rabi’ binti Mua’awwidz, ketika bertanya kepáda ibunya tentang sifat Rasulullah dijawab: “Aku melihatnya bagaikan matahari terbit,” menurut riwayat Al-Baihaqy.
            Ummu Ma’ad, wanita yang pernah melihat Rasulullah dan belum pernah mengenalnya, menceritakan kepada suaminya dan berkata: “Aku melihat seorang lelaki, bersinar tampan mukanya, bagus dan rupawan.” Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi.
            Seorang wanita dari suku Hamdan, bercerita dengan bangganya “Aku pernah melakukan ibadah haji bersama Rasulullah.” Kemudian ia ditanya bagaimana sifat beliau itu? Wanita itu menjawab singkat: Bagaikan bulan purnama. Belum pernah aku melihat orang sebagus dia.” Demikan At-Turmidzy meriwayatkan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

                Dari pembahasan di atas, dapat di ambil kesimpulan:
1.        Persamaan hak antara laki-laki dan perempuan harus di sejajarkan karena Ilmu pengetahuan merupakan hal yang vital demi mencapai kehidupan bahagia dunia dan ahirat. Kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu pengetahuan itu seperti para laki-laki. Bahkan dalam penyebaran Ilmu pengetahuan laki-laki dan perempuan itu sama yang membedakan di sisi Allah SWT. Hanyalah kadar ketaqwaan hamba semata.
2.       Dalam islam pula tidak dibenarkan mempersulit masalah dan seolah-olah kaku dalam pengajaran yang menjadikan kesan fanatik padahal islam adalah agama yang fleksibel yang setiap orang bisa menjalankan setiap ajaran dan pengetahuan dalam islam karena islam menganjurkan untuk mempermudah dan tidak mempersulit dalam dakwah dan pengajaran sehingga masyarakat senang dengan pengajaran yang disampaikan dan tidak membuat masyarakat menjadi bingung menjalankan syari’at serta pengetahuan dalam islam hanyakarena adanya sedikit masalah.
B.      Saran
                Dalam berdakwa, kita di wajibkan untuk mengetahui metode-metode atau cara-cara dalam berdakwa, sehingga kita dapat mengerti dan melaksanakan metode-metode yang telah kita pelajari.
                Metode-metode dakwah khususnya metode hikayah adalah tata cara yang sesuai dalam seorang dai untuk melaksanakan dakwahnya. Oleh sebab itu, para calon dai di haruskan untuk meniru cara ini.














Daftar Pustaka
Muhammad Abu, Bakar, 1998, Hadist Tarbawi 3, Surabaya: Karya Aditama.

khalid al-‘am, Najib, 2002, mendidik cara Nabi SAW. ,Bandung : Pustaka Hidayah

CD-Rom : Al-Hadist Asy-Syarif :1991-1997, kutubut tis’ah, versi 2 (2000), Global Islamic Software Company.

Al-Ghozali, Ihya' Ulumuddin, Surabaya: mahkota Ilmu. Muhammad Abu, Bakar, 1998, Hadist Tarbawi 3, Surabaya: Karya Aditama.

khalid al-‘am, Najib, 2002, mendidik cara Nabi SAW. ,Bandung : Pustaka Hidayah

CD-Rom : Al-Hadist Asy-Syarif :1991-1997, kutubut tis’ah, versi 2 (2000), Global Islamic Software Company.

Al-Ghozali, Ihya' Ulumuddin, Surabaya: mahkota Ilmu.
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, di Terjemahkan Oleh H.M.Suwarta Wijaya,B.A, Zafrullah Salim,Drs., Asbabul Wurud jilid 1 , Kalam Mulia Cetakan ke Enam : Jakarta 2002
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, di Terjemahkan Oleh H.M.Suwarta Wijaya,B.A, Zafrullah Salim,Drs., Asbabul Wurud jilid 2, Kalam Mulia Cetakan ke Dua : Jakarta 1999.
Imam Nawawi, Di terjemahkan oleh Achmad Sunarto, Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 1, Pustaka Amani Cetakan ke Enam : 1999
Muhammad Abu, Bakar, 1998, Hadist Tarbawi 3, Surabaya: Karya Aditama.
Khalid al-‘am, Najib, 2002, mendidik cara Nabi SAW. ,Bandung : Pustaka Hidayah
CD-Rom : Al-Hadist Asy-Syarif :1991-1997, kutubut tis’ah, versi 2 (2000), Global Islamic Software Company.